Johannes Abraham Dimara

Johannes Abrahan Dimara
Lahir(1916-04-16)16 April 1916
Korem, North Biak, Biak Numfor, Hindia Belanda
Meninggal20 Oktober 2000(2000-10-20) (umur 84)
Jakarta, Indonesia
DikebumikanKalibata, Jakarta Selatan
Pengabdian
  • Kekaisaran Jepang (1942–1945)
  • Indonesia (1945–1962)
Dinas/cabang
  • Kempei-Ho
  • Tentara Nasional Indonesia
Lama dinas1942–1945, 1945–1962
Pangkat
  • Pembantu Letnan Satu
  • Mayor (1962)
Kesatuan
Perang/pertempuran
  • Revolusi Nasional Indonesia
  • Invasi Buru
  • Infiltrasi Teluk Etna
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Mayor TNI Johannes Abraham Dimara (16 April 1916 – 20 Oktober 2000) adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Papua. Saat ini nama Johannes Abraham Dimara diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara TNI AU yang berada di Merauke tepatnya pada tanggal 24 September 2018.

Latar belakang

Johannes Abraham Dimara dilahirkan di Korem, Biak Utara, Papua, pada 16 April 1916. Ia tamat pendidikan dasar di Ambon pada tahun 1930. Ia kemudian masuk Sekolah Pertanian di Laha hingga tahun 1940. Ia kemudian masuk Sekolah Pedidikan Injil, dan setelah lulus ia menjadi seorang guru injil di Pulau Buru.

Pada tahun 1946, ia ikut serta dalam Pengibaran Bendera Merah Putih di Namlea, pulau Buru. Ia turut memperjuangkan pengembalian wilayah Irian Barat ke tangan Republik Indonesia. Pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Ketua OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat). Ia pun menjadi anggota TNI dan melakukan infiltrasi pada tahun 1954 yang menyebabkan ia ditangkap oleh tentara Kerajaan Belanda dan dibuang ke Digul, hingga akhhinya dibebaskan tahun 1960.

Ketika Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora, ia menjadi contoh sosok orang muda Papua dan bersama Bung Karno ikut menyerukan Trikora di Yogyakarta. Ia juga turut menyerukan seluruh masyarakat di wilayah Irian Barat supaya mendukung penyatuan wilayah Irian Barat ke dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada tahun 1962, diadakanlah Perjanjian New York. Ia menjadi salah satu delegasi bersama Menteri Luar Negeri Indonesia. Isi dari perjanjian itu akhirnya mengharuskan pemerintah Kerajaan Belanda untuk bersedia menyerahkan wilayah Irian Barat ke tangan pemerintah Republik Indonesia. Maka mulai dari saat itu wilayah Irian Barat masuk menjadi salah satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketika pawai 17 Agustus di depan istana, Dimara mengenakan rantai yang terputus. Bung Karno melihat itu dan terinspirasi membuat patung pembebasan Irian Barat. Maka, dibuatlah patung pembebasan Irian Barat di lokasi yang hanya berjarak tidak sampai 1,5 km dari Istana negara, di Lapangan Banteng. Dimara menceritakan hal itu dalam buku yang ditulis oleh Carmelia Sukmawati berjudul, Fai Do Ma, Mai Do Fa, Lintas Perjuangan Putra Papua, J.A. Dimara (2000).

Menjadi Pahlawan Nasional

Atas segala jasa-jasanya, bersama Dr. J. Leimena ia diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.[1]

Kematian

Johannes Abaraham Dimara meninggal pada tanggal 20 Oktober 2000 di Jakarta.[1] Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Penghargaan

  • Satyalancana Perang Kemerdekaan Kesatu
  • Satyalancana Peristiwa Perang Kemerdekaan Kedua
  • Satyalancana Satya Dharma
  • Satyalancana Bhakti
  • Satyalancana Gerakan Operasi Militer III
  • Satyalancana Perintis Pergerakan kemerdekaan

Referensi

  1. ^ a b Hutasoit, Lia. "Deretan Pahlawan Pemberani Asal Papua yang Berhasil Menyatukan NKRI". IDN Times. Diakses tanggal 16 April 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Bacaan lanjutan

  1. "Johannes Abraham Dimara". IKPNI. Diakses tanggal 16 April 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. "Sosok Mayor TNI Johannes A Dimara, Pahlawan Nasional yang Anaknya Kini Sakit Parah". Merdeka.com. Diakses tanggal 16 April 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. Indonesia. Departemen Penerangan (1962). Semangat perdjuangan Irian-Barat masih tetap bernjalanjala, kronik. Direktorat Publisitet & Penerangan Daerah, Bagian Dokumentasi. hlm. 15–. 
  4. Gavriil Leonidovich Kesselʹbrenner (1961). Irian Barat-wilajah jang tak terpisahkan dari Indonesia. Lembaga Kebudajaan Rakjat. 
  5. William H. Frederick; Robert L. Worden (1993). Indonesia: A Country Study. Government Printing Office. hlm. 57–. ISBN 978-0-8444-0790-6. 
  6. Carmelia Sukmawati (2000). Fa ido ma, ma ido fa: J.A. Dimara, lintas perjuangan putra Papua. Sakanindo Printama. 
  • l
  • b
  • s
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Kemerdekaan
Revolusi
Pergerakan
Sastra
Seni
Pendidikan
Integrasi
Pers
Pembangunan
Agama
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia


Artikel bertopik biografi Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s