Tanda titik dua

Tanda baca
:
Tanda baca
elipsis  ...  . . .      
garis miring, solidus /    
guilemet ‹ ›  « »
hubung
hubung tebal -
koma ,  ،  
kurung [ ]  ( )  { }  ⟨ ⟩
penyingkat  '
petik ‘ ’  “ ”  ' '  " "
pisah ‒  –  —  ―
seru !
tanya ?
titik .
titik dua :
titik koma ;
Pemisah kata
titik tengah ·
spasi     
Tipografi bacaan
ampersan &
asteris *
at @
bagian §
dagger † ‡ ⹋
ditto ” 〃
garis bawah _
garis miring terbalik \
garis vertikal, pipa |    ¦
gelombang, tilde ~
hubung ganda = ⸗
karet ^
pilkrow
prima    
referensi
seru terbalik ¡
tanya terbalik ¿
titik bulat
Tipografi angka
angka, pagar, tagar #
derajat °
nomor
ordinal º ª
persen %
permil
permiriad
tambah, plus +
kurang, minus
kurang-lebih, plus-minus ± ∓
kali ×
obelus ÷
Kekayaan intelektual
hak cipta ©
copyleft 🄯
hak cipta rekaman suara
merek dagang terdaftar ®
merek jasa
merek dagang
Tipografi tidak umum
asterisme
fleuron, hedera
indeks, fist
interobang
ironi
lozenge, belah-ketupat
tie
Aksara lainnya
  • Tionghoa
  • Ibrani
  • Jepang
  • Korea
Terkait
  • Diakritik
  • Simbol logika
  • Karakter spasi putih
  • ¤ Tanda mata uang
  • Category Kategori
  • Wikipedia book Buku
  • l
  • b
  • s

Tanda titik dua (atau tanda dua titik) adalah tanda baca yang dilambangkan dengan dua titik berukuran sama yang diletakkan satu di atas yang lain, atau diletakkan di tengah garis vertikal yang sama. Seperti halnya tanda baca lain, penggunaan tanda titik dua bervariasi antara berbagai bahasa dan bahkan pada bahasa yang sama pada periode yang berbeda. Sebagai aturan umum, tanda titik dua memberitahukan pembaca bahwa uraian setelah tanda ini memberi bukti dan menjelaskan, atau merupakan unsur dari apa yang sudah dijelaskan sebelum tanda tersebut.

Bahasa Indonesia

Dalam pedoman EYD,[1] tanda titik dua dipakai:

  1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh:
    Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
  2. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Contoh:
    Ketua: Ahmad Wijaya
  3. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh:
    Ibu: (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
  4. Di antara (i) jilid atau nomor dan halaman, (ii) bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Contoh:
    Tempo, I (1971), 34:7

Catatan kaki

  1. ^ Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan