Invasi Siam ke Kedah

Bagian dari seri artikel mengenai
Sejarah Malaysia
Kemerdekaan Malaya dan proklamasi penggabungan Borneo Utara dan Serawak untuk membentuk Malaysia.
Prasejarah Malaysia
Prasejarah Malaysia sebelum abad ke-6
Kerajaan Awal
Gangga Negara abad ke-2–11
Langkasuka abad ke-2–14
Chi Tu abad ke-2–6
Pan Pan abad ke-3–5
Kedah Tua abad ke-5–9
Pahang Tua abad ke-5–15
Melayu abad ke-6
Srivijaya 650–1288
Majapahit 1293–1500
Kebangkitan Negara-Negara Muslim
Kesultanan Kedah 1136–sekarang
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kesultanan Brunei 1368–sekarang
Kesultanan Malaka 1402–1511
Kesultanan Sulu 1450–1899
Kesultanan Pahang 1470–1623
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kesultanan Pattani 1516–1902
Kesultanan Perak 1528–sekarang
Kesultanan Johor 1528–sekarang
Kesultanan Sarawak 1599–1641
Kesultanan Selangor 1745–sekarang
Kerajaan Besut 1780–1899
Kerajaan Setul 1808–1916
Kerajaan Reman 1810–1902
Kerajaan Kubang Pasu 1839–1864
Dinasti Jamalullail 1843–sekarang
Era Kolonial
Malaka Portugis 1511–1641
Perang Belanda-Portugis 1601–1661
Malaka Belanda 1641–1824
Kerajaan Pahang 1770–1881
Negeri-Negeri Selat 1786–1946
Invasi Siam ke Kedah 1821–1826
Perjanjian Inggris-Belanda1824
Perjanjian Burney1826
Perang Naning 1831–1832
Kerajaan Sarawak 1841–1946
Koloni Mahkota Labuan 1848–1946
Perang Saudara Pahang 1857–1863
Peperangan Larut 1861–1874
Perang Klang 1867–1874
Perjanjian Pangkor 1874
Perang Perak1875–1876
Malaya Britania / Borneo 1874–1946
Perang Saudara Jementah 1879
Borneo Utara 1882–1946
Negeri-Negeri Melayu Bersekutu 1895–1946
Perjanjian Inggris-Siam1909
Negeri-Negeri Melayu Tidak Bersekutu 1909–1946
Pertempuran Penang1914
Pemberontakan Kelantan1915
Perang Dunia II

1941–1945
Kampanye Malaya 1941–1942
Kampanye Borneo 1941–1942
Pertempuran Muar 1942
Pembantaian Parit Sulong 1942
Pertempuran Singapura 1942
Sook Ching 1942
Syburi 1942
Pawai Kematian Sandakan 1942–1945
Si Rat Malai 1943–1945
Pemberontakan Jesselton 1943–1944
Era Formatif
AMB Malaya/Borneo 1945–1946
Koloni Mahkota Borneo Utara 1946–1963
Koloni Mahkota Sarawak 1946–1963
Gerakan Anti-penyerahan 1946–1963
Uni Malaya 1946–1948
Federasi Malaya 1948–1963
Kedaruratan Malaya 1948–1960
Perundingan Baling 1955
Kemerdekaan Malaya 1957
Pemerintahan Sendiri Singapura 1959
Pemerintahan Sendiri Borneo Utara 1963
Konfrontasi 1963–1966
Pemerintahan Sendiri Sarawak 1963
Pembentukan Malaysia 1963
Singapura di Malaysia 1963–1965
Deklarasi ASEAN 1967
Pemberontakan Komunis Kedua 1968–1989
Kebijakan Ekonomi Baru 1971–1990
Perjanjian Damai Hat Yai 1989
Era Barisan Nasional
Wilayah Persekutuan KL 1974
Sengketa Pedra Branca 1979–sekarang
Sengketa Laut Tiongkok Selatan (Kepulauan Spratly)
1980–sekarang
Wilayah Persekutuan Labuan 1984
Peristiwa Memali 1985
Operasi Lalang 1987
Krisis Konstitusional 1987–1988
Kebijakan Pembangunan Nasional1990–2000
Visi 2020 1991–2020
Amandemen Kekebalan Kerajaan 1993
Krisis Finansial 1997–1998
Pesta Olahraga Persemakmuran 1998 1998
Gerakan Reformasi 1998–sekarang
Wabah Virus Nipah Malaysia 1998–1999
Pembukaan Menara Kembar 1999
Wilayah Persekutuan Putrajaya 2001
Pandemi H1N1 di Malaysia 2009–2010
Konsep 1Malaysia 2009–2018
Skandal 1MDB 2015–sekarang
Deklarasi Rakyat Malaysia 2016
Era Pakatan-Perikatan
PU14 – Perubahan Pemerintahan 2018
Konflik Air Singapura 2018
Protes ICERD 2018
RUU Status Negara Bagian Borneo 2019
Penurunan takhta Muhammad V 2019
Amandemen Pemungutan Suara18 2019
Visi Kesejahteraan Bersama 2030 2019–2030
Pandemi COVID-19 2020–sekarang
Langkah Sheraton 2020–sekarang
Perintah Kendali Pergerakan 2020–sekarang
Sengketa Sabah 2020 2020
Pemilu Awal Sabah 2020
Keadaan Darurat 2021 2021
Vaksinasi COVID-19 2021–sekarang
Insiden
Pemberontakan Brunei 1962–1966
Sengketa Borneo Utara (Serangan Militan Filipina) 1962–sekarang
Kerusuhan Rasial Singapura 1964
Klaim Limbang Brunei 1967–2009
Kerusuhan Penang Hartal 1967
Insiden 13 Mei 1969
Sengketa Sipadan dan Ligitan 1969–2002
Krisis Polusi Asap Malaysia 1972–sekarang
Krisis Sandera Gedung AIA 1975
Pengeboman Tugu Negara 1975
Kebakaran Kompleks Perbelanjaan Campbell 1976
Kecelakaan Sabah Air GAF Nomad 1976
Insiden MH653 1977
Kedaruratan Kelantan 1977
Serangan Fajar 1981
Penyergapan Lahad Datu 1985 1985
Peristiwa Memali 1985
Kedaruratan Sabah 1986
Peristiwa Ming Court 1987
Kebakaran Madrasah Taufiqiah Al-Khairiah 1989
1989
Badai Tropis Greg 1996
Insiden Al-Ma'unah 2000
Kerusuhan Kampung Medan 2001 2001
Tsunami 2004 di Malaysia 2004
Pembunuhan Altantuyaa 2006
Himpunan Bersih 2007–2016
Himpunan HINDRAF 2007
Rapat Anti ISA 2009
Serangan terhadap Gereja di Malaysia 2010 2010
Himpunan Kebangkitan Rakyat 2013 2013
Himpunan Black-Out 2013
Kebuntuan Lahad Datu 2013
Insiden MH370 2014
Insiden MH17 2014
Banjir Malaysia 2014–15 2014–2015
Gempa bumi Sabah 20152015
Himpunan Martabat Melayu 2015
Serangan granat Movida Bar 2016
Pembunuhan
Kim Jong-nam

2017
Kebakaran Madrasah Darul Quran Ittifaqiyah
2017
Kerusuhan Kuil Sri Maha Mariamman 2018
Protes ICERD 2018
Banjir Malaysia 2020–21 2021
Protes Undi-18 2021
Tabrakan Kereta LRT 2021
Kontrak Dokter Hartal 2021
Banjir Malaysia 2021–2022 2021–sekarang
Per Topik
  • Komunikasi
  • Ekonomi
  • Militer
  • Portal Malaysia
  • l
  • b
  • s

Invasi Siam ke Kedah adalah suatu operasi militer yang dilakukan oleh Kerajaan Siam terhadap Kesultanan Kedah pada November 1821 di daerah yang sekarang adalah bagian utara Semenanjung Malaysia.

Latar belakang

Perusahaan Hindia Timur Britania mengambil alih wilayah teritorial Pulau Pinang, yang disebut Pulau Pangeran Wales, dan kemudian Provinsi Wellesley di daratannya, dari Kesultanan Kedah di akhir abad ke-18. Sebagai balasannya, Kesultanan menerima pembayaran dan beberapa bentuk jaminan bantuan pertahanan melawan ambisi ekspansionis dari Kerajaan Siam. Situasi militer dan diplomatik di wilayah itu berubah setelah adanya komitmen Perusahaan Hindia Timur untuk membantu pertahanan Kedah melawan Siam.

Abad ke-18

Kesultanan Kedah dan Perusahaan Hindia Timur terlibat dalam diskusi setidaknya sejak tahun 1771 ketika Sultan Muhammad Jiwa Zainal Adilin II meminta Gubernur Madras, pada waktu itu dijabat oleh Josias Du Pre, untuk membantu melawan pemberontakan.[1] Pada tahun 1772 suatu misi perusahaan datang ke Kedah dipimpin oleh Edward Monckton. Tetapi, hasilnya negatif karena Sultan merencanakan agresi terhadap Selangor di selatan.[2]

Tahun 1786, Sultan Abdullah Mukarram Shah, meminta bantuan Francis Light untuk mengatasi ancaman terhadap Kesultanan, yang berasal dari eksternal, yaitu Birma dan Siam, serta kemungkinan sengketa suksesi dan kelemahan internal.[3] Perang Birma–Siam (1785-1786) menjadikan langkah-langkah yang diambil Kesultanan diperlukan untuk mengamankan posisi Kesultanan, terhadap baik Birma maupun Siam. Secara khusus Birma telah melancarkan kampanye militer ke Petani di utara Kedah, sebuah daerah yang kemudian direbut kembali oleh Siam.[4] Setelah Perang Inggris-Belanda Keempat, Perusahaan Hindia Timur tertarik lagi untuk membuat pangkalan di wilayah Penang, untuk menangkal kemungkinan pergerakan Belanda ke Selat Malaka. Dan pada tahun 1786, Francis Light mampu membuat kesepakatan dengan Kesultanan di Pulau Pinang. Kesultanan menganggap perusahaan itu tidak mewujudkan komitmen perusahaan untuk membantu pertahanan Kesultanan dan Kesultanan berupaya merebut kembali Pulau Pinang pada tahun 1791, tapi berhasil diatasi oleh Light.[5] Lemahnya posisi Light, yang tidak diberikan wewenang oleh pihak Perusahaan Hindia Timur untuk menjamin pertahanan Kedah, telah membatasi pemahaman perjanjian tahun 1791 itu menjadi perjanjian yang hanya rangkaian kata-kata.[6]

Kampanye militer

Pasukan Siam dari Raja Rama II meraih kemenangan yang cepat atas pasukan Sultan Ahmad Tajuddin Halim Shah II. Kampanye itu menjadi awal dari perlawanan Kedah atas kendali Siam selama dua dekade. Sultan berlindung di Pulau Pinang, yang kemudian berada di bawah kendali Inggris.[7]

Akibat selanjutnya

Hingga tahun 1822 wilayah teritorial Britania itu mengalami kenaikan populasi penduduk akibat masuknya orang-orang Melayu yang mengungsi menghindari invasi.[8] Perjanjian Burney 1826 mengizinkan Siam untuk meninjau hak-hak mereka atas empat negeri Melayu, termasuk Kedah.[9]

Referensi

  1. ^ Bonney 1971, hlm. 27.
  2. ^ Webster, Anthony (15-09-1998). Gentlemen Capitalists: British Imperialism in South East Asia, 1770-1890. I.B.Tauris. hlm. 38. ISBN 978-1-86064-171-8. Diakses tanggal 20-04-2012.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
  3. ^ Tang, Julie. "State of Penang". Encyclopedia of Malaysia (dalam bahasa bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 09-06-2012. Diakses tanggal 16-11-2016.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate=, |archivedate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  4. ^ Bonney 1971, hlm. 69–71.
  5. ^ Bastin, John. "Light, Francis". Oxford Dictionary of National Biography (dalam bahasa bahasa Inggris) (edisi ke-online). Oxford University Press. doi:10.1093/ref:odnb/37677. ((Perlu berlangganan (help)). Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  6. ^ Bonney 1971, hlm. 100–101.
  7. ^ Beck, Sanderson. "Siam, Cambodia, and Laos 1800-1950" (dalam bahasa bahasa Inggris). Diakses tanggal 16-11-2016.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  8. ^ Nordin Hussin (2007). Trade and Society in the Straits of Melaka: Dutch Melaka And English Penang, 1780-1830. NIAS Press. hlm. 188. ISBN 978-87-91114-88-5. Diakses tanggal 20 April 2012. 
  9. ^ Swettenham, Frank A. (1893). Map to Illustrate the Siamese Question (dalam bahasa bahasa Inggris). Edinburgh: W. & A.K. Johnston. hlm. 62. Diakses tanggal 16-11-2016.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)

Bibliografi

  • Bonney, Rollin (1971). Kedah, 1771-1821: The Search for Security and Independence (dalam bahasa bahasa Inggris). Kuala Lumpur & London: Oxford University Press. ISBN 0196381266. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)